Kisah Dibalik Perang Ketupat, Festival Budaya Khas Bangka Barat

IndonesiaNew, BANGKA – Setiap wilayah di Indonesia memiliki festival budaya, bahkan memiliki latar belakang sejarahnya tak terkecuali di Bangka Barat. Salah satunya adalah perang ketupat.

Menurut Keman selaku Tetua Adat Desa Benteng Kota, Tempilang, Bangka Barat mengatakan bahwa perang ketupat ini muncul di tahun 1801. Di mana, kala itu terdapat penyerangan dari benteng kota yang merupakan gabungan suku dimotori oleh penjajah Belanda di Bangka Barat.

“Saat penyerangan itu masyarakat Bangka Barat lari akibatnya banyak yangbmati saat penyerangan tersebut. Kemudian masyarakat berdoa untuk arwah, lalu para arwah itu memasuki masyarakat yang kemudian terjadilah perang ketupat,” ucapnya, belum lama ini.

Diakuinya, kejadian penyerangan tersebut terjadi di bulan Sya’ban. Pada saat proses pemanggilan arwah maka masyarakat melakukan tari seramo atau tari silat yang menggunakan tongkat ganda.

“Sebelum melakukan pemanggilan  arwah maka masyarakat melakukan proses makan Sedulang atau dikenal makan bersama merupakan suguhan masyarakat, makanan ini berfungsi sebagai suguhan utama untuk warga setempat,” paparnya.

Menurutnya lagi, tradisi makan bersama  ini menjadi simbol di mana arwah yang sudah mendahului didoakan dan ritual ini disebut nganggo.

Bahkan, prosesi makan bersama ini menggunakan tangan. Pasalnya, bahan baku terlalu minim, namun dalam bahasa ilmiah maka makanan harus langsung dikonsumsi.

Seusai pemanggilan arwah berakhir, barulah prosesi perang ketupat ini dilakukan. Ketika berakhir, semua akan berangkulan, jabat tangan dan saling memaafkan dengan senyum mengembang dalam kebahagiaan.

“Sebagai penutup dari ritual Perang Ketupat adalah Nganyot Perae, sebagai simbol memulangkan ruh para leluhur untuk kembali kealamnya,” tukasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *