Indonesia Archipelago Tempuh Lari 8841 Km

IndonesiaNew, JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendukung penyelenggaraan lomba lari virtual bertajuk “Running Indonesia Archipelago” 2020 yang dilaksanakan pada 18 Juli-18 Agustus 2020.

Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka merayakan HUT ke-75 Kemerdekaan RI. Lomba lari ini merupakan lomba lari virtual terlama yang dimulai selama 32 hari, dengan jarak lari sejauh yaitu 8.841 km.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani dalam pernyataannya, Senin (24/8/2020) mengatakan, berlari secara virtual sudah cukup populer di kalangan penyuka olahraga lari. Kemenparekraf mendukung terselenggaranya Running Indonesia Archipelago 2020 sebagai lomba lari alternatif dan unik yang meng-explore keindahan alam di Indonesia sekaligus menggabungkannya dalam aktivitas olahraga.

“Ini menjadi ‘sport tourism’ secara virtual, kami pun berharap event ini menumbuhkan semangat para pecinta olahraga lari untuk dapat mengunjungi destinasi secara langsung setelah pandemi berakhir sehingga rantai ekonomi yang sempat terputus karena COVID-19, dapat hidup kembali” kata Rizki Handayani.

Rizki juga mengatakan sebagai olahraga outdoor, lari memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia terlebih di Indonesia telah berkembang beberapa lomba lari marathon yang populer seperti Jakarta Marathon, Borobudur Marathon, Bali Marathon, Bromo Marathon, hingga Bintan Marathon yang memiliki keunggulan untuk menarik perhatian wisatawan nusantara maupun mancanegara. Hal ini disebutnya berpeluang menjadi upaya diversifikasi sektor wisata, yang nantinya akan mendatangkan devisa bagi negara.

“Meskipun tahun ini digelar dengan cara yang berbeda karena di tengah pandemi, sehingga dilaksanakan secara virtual dan online. Ke depan kami berharap ini bisa digelar lagi,” kata Rizki Handayani.

Penyelenggara lomba lari virtual, Getfit Organizer, Santih Gunawan, menjelaskan bahwa lomba lari ini adalah lomba beregu dimana 1 tim terdiri 8-10 orang pelari, dan terdapat 3 tim yang berlomba dengan jumlah peserta 28 orang.

“Artinya 1 pelari harus menyelesaikan jarak 884 km sampai 1.105 km selama 32 hari. Berlari mulai dari titik nol Sabang sampai titik nol Merauke. Larinya tetap di daerah masing-masing dengan memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku tapi hasil pencapaian jarak tempuh tiap hari akan di mapping melalui google maps di peta kepulauan Indonesia, sehingga seolah-olah pelari sedang berlari menjelajah kepulauan Indonesia,” kata Santih.

Santih juga mengatakan ada tim yang bertugas mengulik spot wisata secara khusus dan diinformasikan kepada pelari. “Foto lalu posting di media sosial, tujuannya supaya setelah pandemi mereka punya wish list akan pergi ke destinasi-destinasi yang dilewati,” katanya.

Pada kesempatan tersebut hadir para pelari yang turut serta dalam lomba lari yang telah rampung digelar tersebut di antaranya Slamet Widodo, Charles Kaimana, dan Mila Marlina.

Pelari dari Tim Merajut Indonesia Slamet Widodo mengatakan setiap hari berlari sejauh 30 km selama 6 hari. “Saya berlari 1.501 km untuk kelas individu atau sekitar 46 km perhari. Saya lakukan sebelum berangkat kerja, selalu disempatkan lari. Kemudian sepulang kerja dipush lagi,” katanya.

Sementara pelari dari Tim Crazy Runner Charles Kaimana (Black), mengatakan tantangan dalam mengikuti lomba lari virtual bukan di race tapi mental karena dituntut untuk selalu konsisten.

Sedangkan pelari perempuan Mila Marlina mengaku sejak awal memang punya rencana ikut berkompetisi agar bisa memenuhi ambisinya untuk Lintas Sumbawa, sebagai salah satu race yang dinilai paling ekstrem. Ia pun mampu berlari sejauh 30 km perhari dan total sukses menempuh 1.108 km.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.